Sesuai dengan maksud dari Verifikasi itu sendiri adalah memeriksa tentang kebenaran laporan dan pengkajian keabsahan suatu data baik berupa laporan keuangan, maupun pernyataan, dengan kata lain Verifikasi itu adalah proses mengecekan data apakah sudah sesuai dengan aturan atau tidak. Dalam sepakbola tentulah ada sebuah nilai standar yang dibuat dan sudah disetujui oleh semua pihak,karena Sepakbola Indonesia berada dibawah kontrol Asian Football Confederation (AFC ) atau Konfederasi Sepak Bola Asia,maka semua yang di persaratkan yang sudah di buat oleh AFC lah dijadikan rujukan untuk menjalankan Verifikasi. Adalah tugas Federasi sebuah Negara untuk menjalankan peroses pengecekan data yang dimiliki oleh semua Klub Klub sepakbola yang berada di bawah kontrol Negara tersebut,sepakbola Indonesia tentulah yang berhak menjalankan Verifikasi itu adalah PSSI.Namun dari awal sudah ada kecendrungan pihak Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia untuk membelok akan tujuan dan makna dari Verifikasi itu sendiri. Seharusnya PSSI dalam hal ini DepartemenLicensingClub PSSI tugasnya sesuai dengan tujuan dan maksud dari Verifikasi tadi adalah memeriksa apakah semua laporan yang di serahkan oleh Klub Klub sesuai dengan fakta dan bukti dilapangan atau tidak. Namun yang dilakukan oleh DepartemenLicensingClub PSSI, setelah dapat dukungan dari para Exco PSSI adalah ” melindungi semua Klub dari kewajiban untuk memenuhi persaratan dalam Verifikasi “. Kenapa Saya katakan melindungi ? Karena ada kecendrungan PSSI dengan berbagai alasan yang sangat tidak bisa diterima akal sehat dan logika sederhana adalah. 1.Menghubungkan tunggakan Hutang Gaji dengan Subsidi dari PT.LI 2.Kekuasaan Exco PSSI yang akan menggukan Hak Veto nya Terlihat jelas dan terang benderang apa yang jadi tujuan dan maksud dari Verifikasi itu sediri sudah tidak lagi sesuai dengan apa yang di lakukan oleh PSSI.Peroses Verifikasi jelas merupakan kegiatan untuk bisa memastikan sebuah Klub sudah bisa di putuskan atau di nilai Profesional atau belum, yang di tandai dengan kemampuan Klub di semua aspek, dalam mengikuti sebuah Kompetisi yang panjang dan lama. Hasil dari Verifikasi itu akan bisa mendorong sebuah Kompetisi yang berkualitas dan lancar serta aman,tentram,karena di ikuti oleh Klub Klub yang sudah di nilai tingakt Profesional nya, dan akan menghasilkan rivalitas tingkat tinggi, baik antara Klub dengan Klub,maupun antara Pemain dengan Pemain.Muara dari semua itu adalah menghadirkan Kesebelasan yang berkualitas dan pemain yang berkualitas,akhir nya lahirlah sebuah Kesebelasan Nasional yang berkualitas. Sesuai dengan teori di sepakbola itu sendiri,Kompetisi yang baik ,teratur dan ter ukur serta taat Aturan dan Hukum,akan menghasilkan Pemain Pemain yang baik dan akhirnya dapat membentuk sebuah Kesebelasan Nasional yang kuat dan tangguh. Apa yang di lakukan oleh Pengurus PSSI sekarang mencerminkan tidak ada niat dan komitmen yang kuat untuk bisa menciptakan kondisi dan pilar pilar sepakbola yang punya dasar dan pondasi yang kuat,guna membangun sebuah kondisi sepakbola yang kuat dan ter ukur.Kecendrungan untuk mendahulukan banyak kepentingan yang tidak ada hubungan nya dengan sepakbola lebih di tonjolkan,daripada menjalan dan men taati serta menerapkan Aturan dan Hukum di sepakbola Indonesia. Keberanian PSSI terkalahkan oleh besarnya ” hutang balas budi ” pada Klub Klub terutama yang berasal dari ISL ,yang dulu adalah pendukung utama pergerakan kelompok KPSI dalam usaha merebut kekuasaan ditangan pengurus PSSI yang sah.Semua itu tidak akan pernah berubah sampai semua pengurus PSSI rasa KPSI mendapat tekanan hebat dan kuat dari pihak Ekternal. Seorang Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia saja merasa tertekan dan terkesan takut pada Kelompok KPSI ini yang di dukung KLub Klub ISL.Mari lihat ulangan kejadian yang sudah lama membuktikan Menpora Roy Suryo takut; Menpora ber komentar ‘ “Saya meminta agar Liga Prima segera dipastikan dan Pak Djohar menyanggupi, Kalau itu berjalan saya bisa membubarkan liga yang mungkin dianggap tidak prosedural,” kata Roy Suryo usai bertemu dengan PSSI seperti dalam wawancara Metro TV, Senin (04/02/2013 Kemudian KPSI ber reaksi dan Menpora meralat ucapan nya ‘ Setelah diancam dan didatangi perwakilan KPSI Bukannya marah dan segera pasang wibawa sebagai pemerintah, Menpora malah menganulir ucapannya “Saya tidak akan menghentikan kompetisi yang sudah berjalan (ISL) meskipun katakanlah kompetisi itu tidak sesuai aturan yang di PSSI” (Bola.net Menpora berkomentar tentang status kongres ; “Status kongres luar biasa ditulis FIFA dalam surat tertanggal 22 Februari 2013. FIFA menegaskan kongres 17 Maret bukan kongres biasa, tapi kongres luar biasa. Ini disebabkan waktu pelaksanaannya kurang lebih empat pekan persiapan,” jelas Roy, Senin (Liputan 6.com 25/2/13). LaNyalla marah dan minta Menpora mengirim email ke FIFA dan hasil nya ;“Saya sudah mengirimkan surat kepada FIFA untuk mempertanyakan maksud dari surat FIFA yang dikirimkan kepada saya kemarin. Di dalam surat pertama tidak disebut mengenai kongres, tetapi di surat elektronik terakhir yang saya terima itu disebut Luar Biasa. Saya menanyakan apakah status Luar Biasa itu menyangkut sifat atau pelaksanaannya,” ujar Roy (Liputan 6.com 26/2/2013) Dari kedua paparan di atas terlihat bagaiman seorang Menpora Roy Suryo saja merasa gemetar lututnya bila berhadapan dengan Kelompok KPSI.Itu lah bukti dari kekuatan dan besarnya kekuasaan yang di punyai kelompok KPSI yang sekarang ber kuasa mengelola dan menata sepakbola Indonesia. Tidak salah apa pun yang dilakukan oleh Pengurus PSSI rasa KPSI dengan kepercayaan diri yang tinggi dalam mengelola dan menata sepakbola Indonesia terlihat se suka suka dan se senang senang hati mereka.Jangan heran kalau akhir dari peroses Verifikasi tragis sekali,semua yang terucap oleh Pengurus PSSI selama ini mati perlahan dan di telan bumi,entah kemana arah nya…Hanya NASIB dan ” angka keramat ” lah bisa menjawab..Haaaaaaaaaaaaayyyyyyyyyy Salam Garuda Ku Bukan Burung Perkutut.