Misteri Pulau Sangkar Ayam


SUBMITTED BY: Axela

DATE: July 1, 2017, 6:25 p.m.

FORMAT: Text only

SIZE: 8.4 kB

HITS: 37868

  1. Kisah Misteri Pulau Sangkar Ayam
  2. Alkisah, dahulu, hidup seorang guru mengaji dan pendekar silat yang bernama Tuk Solop. Umurnya sudah sangat lanjut, janggutnya memutih, bahkan, untuk berjalan ia harus ditopang dengan tongkat sakti pemberian gurunya. Walau sakti dan terkenal ke seluruh pelosok negeri, tapi ia tetap rendah hati. Namun herannya, sejak tujuh purnama yang lalu, tidak ada lagi yang berguru kepadanya. Pantai Solop pun menjadi sepi.
  3. Sementara, tidak jauh dari Pantai Solop, ada sebuah dusun yang bernama Serimba, Di sini bermukim Pendekar Katung yang sangat sakti dan memiliki ilmu silat tingkat tinggi. Kerisnya dapat menyala bagaikan halilintar. Tubuhnya kebal terhadap segala jenis senjata tajam, Sayangnya, selain memiliki berpuluh murid dan pengawal yang setia, ia juga sangat angkuh, dan sombong. Kekayaannya semakin menumpuk karena ia selalu menang taruhan dalam menyabung ayam. Selain itu, ia juga memiliki seorang adik perempuan yang cantik jelita bernama Suri. Padahal Suri bukan adik kandungnya, ia anak seorang penyabung yang sudah meninggal karena mempertaruhkan nyawanya dengan Pendekar Katung. Sang ayah dibunuh oleh pengawal Pendekar Katung di tengah hutan Serimba. Suri yang saat itu masih bayi kemudian diasuh oleh Pendekar Katung hingga tumbuh menjadi gadis cantik jelita.
  4. Pada suatu ketika, ada seorang pengembara muda datang ke Pantai solop untuk menuntut ilmu karena mendengar ada seorang guru sejati yang tengah mencari murid setia untuk mewariskan ilmunya. Di Pantai Solop, ia pun kebingungan, yang tampak hanyalah pantai berpasir putih.
  5. “Kenapa tidak ada seorang pun di tempat ini? Di mana sang guru itu?” Tanya Pengembara Muda itu dalam hati. Akhirnya, ia pun duduk di bawah sebatang pohon di pantai itu. Tiba-tiba, dari kejauhan tampak seseorang menuju ke arahnya.
  6. “Hmm, berarti memang ada kehidupan di tempat ini, mungkinkah ia guru yang saya cari.” gumamnya.
  7. Ternyata yang menghampiri adalah seorang gadis cantik. “Amboi, jangan-jangan ia bidadari yang turun dari kayangan,” pikirnya dalam hati.
  8. “Abang mau ke mana? Sepertinya Abang bukan orang daerah ini?”
  9. “Abang hendak berguru pada seorang guru alim yang sedang mencari murid untuk. mewariskan ilmunya.. Apakah Adik mengetahui guru itu?” Bujang Kelana balik bertanya.
  10. “Dahulu, di sini ada seorang guru terkenal yang bernama Tuk Solop. Namun, sejak murid-muridnya pindah berguru kepada Pendekar Katung, ia pun pergi entah ke mana,” jelas Suri.
  11. “Pendekar Katung? Rasanya Abang pernah mendengar nama itu?” Gumam Bujang Kelana.
  12. “Mendengar gumaman itu, Suri langsung pergi sambil berkata, “Kalau Abang mau bicara denganku, tunggu aku besok pagi di tempat ini”
  13. Ketika Bujang Kelana berniat untuk beranjak, tiba-tiba, seorang lelaki buta memegang tongkat keluar dari balik semak-semak sambil berjalan tertatih-tatih menghampirinya.
  14. “Aku telah rnendengar semua pembicaraan kalian, Perlu engkau ketahui, gadis cantik itu adalah adik Pendekar Katung,” ujar Datuk Buta itu.
  15. “Lalu, apakah Datuk mengetahui keberadaan Tuk Solop?” Tanya Bujang Kelana.
  16. “Tuk Solop sudah lama meninggalkan tempat ini. Saya juga tidak tahu ke mana perginya,” jelas Datuk Buat itu.
  17. Tak lama kemudian, Datuk Buta itu bergegas mohon diri. Melalui indra keenamnya, ia merasakan ada seseorang sedang menuju ke arah mereka.
  18. “Kenapa orang-orang yang saya temui di tempat ini semuanya tergesa-gesa pergi? Aneh, sungguh aneh!” Gumam Bujang Kelana penuh rasa heran.
  19. Dan benar, beberapa saat kemudian, tampak Suri berlari menuju arah Bujang Kelana. “Bang! Tolong Suri. Ayo kita pergi dari sini!” Ajak Suri sambil menarik tangan Bujang Kelana.
  20. Bujang kelana tidak dapat berbuat apa- apa, kecuali menuruti kemauan Suri. setelah merasa aman, Suri pun menceritakan perihal dirinya.
  21. Abang ikut prihatin atas musibah yang menimpa ayahmu,” kata Bujang Kelana dengan perasaan haru. Dalam suasana haru, mereka dikejutkan dengan kehadiran Datuk Buta. “Eh, Datuk! Bukankah tadi Datuk sudah pergi?” Tanya Bujang Kelana terkejut.
  22. “Aku tidak pergi. Aku bersembunyi di balik semak-semak itu,” jawab si Datuk Buta itu, “Kalau benar apa yang diceritakan Suri, berarti aku adalah ayahnya,” lanjutnya.
  23. “Maksud, Datuk?” Tanya Suri penasaran.
  24. “Benar, Suri! Aku adalah ayahmu. Dulu namamu adalah Intan. Rupanya Pendekar Katung telah mengganti namamu. Tapi tak apa, mulai sekarang namamu Intan Suri,” jelas Datuk Buta itu, “Dan nanti akan ayah ceritakan, sekarang lebih baik kita mengatur siasat untuk menyingkirkan Pendekar Katung!” sambung sang ayah dengan nada geram.
  25. “Tapi, ia kebal terhadap segala senjata tajam,” kata Suri dengan khawatir.
  26. “Ayah tahu kelemahannya,” jawab ayahnya dengan penuh keyakinan.
  27. Ketiganya pun bermusyawarah untuk mengganti ayam jago Pendekar Katung dengan ayam milik ayah Suri yang mirip sekali dengan ayam jago Pendekar katung. Setelah itu, mereka menantang Pendekar Katung untuk menggelar sabung ayam. Kini penantang Pendekar Katung adalah seorang pemuda dari negeri jauh. Pelaksanaan sabung ayam itu pun diumumkan ke berbagai tempat, bahkan sampai ke negeri-negeri yang ada di sekitarnya.
  28. Pagelaran sabung ayam pun tiba. Seluruh penduduk telah berkumpul. Beberapa saat kemudian, pertarungan pun dimulai. Karena ayam jago Bujang Kelana adalah ayam jago Pendekar Katung yang terkenal ganas dan gesit, maka, hanya dalam hitungan menit, ayam jago Pendekar Katung mulai terdesak dan akhirnya mati tidak berdaya.
  29. Pendekar Katung jadi sangat terkejut. “Ah, mustahil ayam jagoku mati!” Serunya kesal.
  30. Ia langsung memerintahkan beberapa pengawal setianya untuk mengusir Bujang Kelana. Mengetahui dirinya terancam, Bujang Kelana pun segera melarikan diri ke Pantai Solop untuk menemui Datuk Buta dan Suri yang sengaja menunggunya di tempat itu.
  31. “Pengawal bunuh pemuda itu!” Perintah Pendekar Katung.
  32. Di pantai berpasir putih itu, belum sempat Bujang Kelana menemui Datuk Buta, tiba-tiba, ia sudah diserang oleh Pendekar Katung dan beberapa orang pengawal setianya. Bujang Kelana pun melakukan perlawanan.Tetapi, karena dikeroyok, akhirnya, salah seorang pengawal Pendekar Katung berhasil mengoyak pahanya dengan tombak. Pada saat yang bersamaan, Datuk Buta melompat dari balik semak-semak dan langsung mencekik leher Pendekar Katung dari belakang. Cekikan yang demikian kuat, membuanya tidak berdaya.
  33. “Bujang Kelana! Cepat tusukkan senjatamu ke perut Pendekar Katung!” Teriak Datuk Buta.
  34. Tetapi, waktu itu, Bujang Kelana masih menahan serangan dari para pengawal Pendekar Katung yang datang dengan bertubi-tubi. setelah keadaan berbalik, dengan secepat kilat Bujang Kelana langsung menusukkan senjatanya ke bagian perut dan dada Pendekar Katung. Sontak, Pendekar Katung langsung tewas. Datuk Buta pun segera menghempaskan tubuh Pendekar Katung ke atas pasir dan menatapnya dengan senyum puas.
  35. “Terima kasih Kelana, marikita temui Intan Suri,” ajak Datuk Buta.
  36. Baru akan melangkah, tiba-tiba lntan Suri keluar dari balik semak-semak dengan tubuh berlumuran darah.
  37. Suri, apa yang terjadi denganmu?” Tanya Bujang Kelana panik.
  38. “Seorang pengawal Pendekar Katung berusaha membunuhku. Abang, maafkan Suri, mungkin kita tidak ditakdirkan untuk hidup bersama,” kata Suri sambil meneteskan air mata.
  39. “Adik, kita pasti akan hidup bersama,” ungkap Bujang Kelana dengan sedih.
  40. “Bang, tolong jaga negeri dan penduduk Serimba serta Pantai Solop ini agar tetap aman dan damai,” pesan Suri terbatuk- batuk. Beberapa saat kemudian, denyut nadi lntan Suri berhenti berdetak. Sontak, Bujang Kelana pun berteriak dengan sekeras- kerasnya, “lntan Suri..”
  41. “Sebaiknya jenazah lntan Suri kita kubur di dekat pondokku yang ada di tengah hutan ini,” ujar Datuk Buta.
  42. Bujang Kelana hanya mengangguk lesu. “Datuk! Kelana juga akan pergi,” kata Bujang Kelana usai menguburkan kekasihnya sambil mengambil sangkar ayam yang terletak di samping pondok Datuk Buta. Kemudian, ia pun bergegas menuju ke Pantai Solop, dan melemparkan sangkar ayam itu ke tengah laut sambl bersumpah, “Aku bersumpah, walaupun sangkar ayam itu akan menjadi pulau, aku tidak akan kembali ke negeri ini!” Setelah itu, Bujang Kelana pun meninggalkan Pantai Solop yang indah.
  43. Konon, bertahun-tahun kemudian, sangkar ayam itu benar-benar menjelma menjadi sebuah pulau yang oleh masyarakat setempat disebut dengan nama Pulau Sangkar Ayam.

comments powered by Disqus