Analisa Ekonomi
Asumsi
Luas lahan yang digunakan 1 ha
Menggunakan sistem monokultur (penanaman tunggal)
Diperkirakan produksi kedelai 2 ton (2.000 kg)/ha
Harga jual kedelai per kg Rp 5.500,00
Periode tanam 75-100 hari (3 bulan)
Modal awal
Sewa lahan per tahun Rp 20.000.000,00
Peralatan (sprayer, cangkul, dll) Rp 1.500.000,00
Benih kedelai Rp 9.000/kg x 50 kg Rp 450.000,00+
Total Rp 21.950.000,00
Peralatan mengalami penyusutan setelah pemakaian 5 tahun :
1/60 bulan x Rp 1.500.000,00 Rp 25.000,00/bulan
Biaya operasional per periode (3 bulan)
Bibit : 50 kg x Rp 9.000,00/kg Rp 450.000,00
Pupuk urea 50 kg x Rp 1.800,00/kg Rp 75.000,00
Pupuk SP-36 (100 kg x Rp 2.000,00) Rp 200.000,00
Pupuk KCl 50 kg x Rp 5.000,00 Rp 250.000,00
Dolomit 200 kg x Rp 1.500,00 Rp 300.000,00
Pestisida 5 kg x Rp 50.000,00 Rp 250.000,00
Gaji tenaga kerja (3x Rp 900.000,00) Rp 2.700.000,00
Biaya transportasi Rp 450.000,00
Sewa lahan per bulan :
Rp 20.000.000,00 : 12 bulan Rp 1.666.700,00
Biaya penyusutan Rp 5.000,00+
Total pengeluaran Rp 6.366.700,00
Omset per bulan
Hasil penjualan per pediode tanam (3 bulan) :
2 ton (2.000 kg) x Rp 5.600,00 Rp 11.200.000,00
Laba bersih per bulan
Laba bersih per periode :
Rp 11.200.000,00 - Rp 6.366.700,00 = Rp 4.833.300,00
Laba bersih per bulan :
Rp 4.833.300,00 : 3 bulan = Rp 1.611.100,00
ROI (Return of Investment)
(Modal awal : laba bersih per bulan) = ± 13 bulan (4x panen)
Tabel 6.
Modal Investasi 1 ha Tanaman Setahun
Jenis
Barang Jumlah
Fisik Harga
Per Satuan Fisik (Rp) Total
Nilai
(Rp) Umur
Ekonomis
(Tahun) Nilai
Penyusutan
Per Tahun
(Rp)
1. Sprayer
2. Cangkul
3. Tikar Pen-
jemuran
4. Sabit
5. Gudang
6. Lain-lain 1 buah
5 buah
1 unit
4 unit
3 m2 150.000
20.000
50.000
10.000
50.000 150.000
100.000
50.000
40.000
150.000
30.000 5
4
2
2
5
5 30.000
25.000
25.000
20.000
30.000
6.000
Jumlah 520.000 136.000
Modal Kerja
Dalam 1 ha tanah terdapat rotasi tanaman antara lain kedelai, jagung dan padi.
Tabel 7.
Modal Kerja Usaha Tani 1 Ha Tanaman Kedelai (monokultur)
Jenis
Barang/Tenaga Jumlah Satuan
Fisik Harga per
Satuan Jumlah Nilai
(Rp)
1. Bibit 50 kg 4.000 / kg 200.000
2. Pupuk : Urea 50 kg 500 / kg 25.000
SP-36 100 kg 675 / kg 67.500
Dolomit 200 kg 300 / kg 60.000
KCl 50 kg 2.900 / kg 145.000
3. Pestisida 5 kg 40.000 200.000
4. Tenaga Kerja 150 HKP 6.000 900.000
J u m l a h 1.597.500
Produksi kedelai sekitar 2,0 ton per ha dengan nilai 2.000 x Rp 2.500 = Rp 5.000.000. Laba kotor = Rp 5.000.000 – Rp 1.597.500 = Rp 3.402.500.
Tabel 8.
Kerja Usaha Tani 1 Ha (Kedelai + Jagung)
Jenis
Barang/Tenaga Jumlah Satuan
Fisik Harga per
Satuan Jumlah Nilai
(Rp)
1. Bibit Kedelai 50 kg 4.000 / kg 200.000
Bibit Jagung 40 kg 2.000 / kg 80.000
2. Pupuk : Urea 500 kg 500 / kg 250.000
SP-36 200 kg 675 / kg 135.000
KCl 150 kg 2.900 / kg 425.000
Dolomit 400 kg 300 / kg 120.000
3. Pestisida 8 kg 40.000 320.000
4. Tenaga Kerja 200 HKP 6.000 1.200.000
J u m l a h 2.740.500
Produksi padi 5 ton dengan nilai Rp 5.000.000. Laba kotor Rp 5.000.000 – Rp. 2.641.250 = Rp 2.358.750.
LABA RUGI USAHA TANI
Laba Rugi Usaha Tani per Tahun di Lahan Sawah
Berdasarkan analisa laba rugi (Lampiran 3), ternyata bahwa usaha ini cukup menguntungkan petani dengan rata-rata laba = Rp. 1.228.884, per tahun. Harga tanah tidak diperhitungkan, tetapi dianggap sewa Rp. 2.000.000 per tahun. Dan gaji (biaya hidup) petani Rp. 450.000 per bulan atau Rp. 5.400.000 per tahun dan PBB sebesar Rp 100.000 per tahun.
Laba Rugi Usaha Tani per Tahun di Lahan Kering
Berdasarkan analisa laba rugi (Lampiran 6), ternyata bahwa usaha ini juga cukup menguntungkan petani rata-rata laba Rp 1.077.842 per tahun. Harga tanah tidak diperhitungkan, tetapi dianggap sewa Rp 1.300.000 dan PBB sebesar Rp 60.000 per tahun. Gaji (biaya hidup petani) Rp 400.000 per bulan atau Rp 4.800.000 per tahun.
IRR (FRR) Dan NPV
Usaha Tani di Lahan Sawah
Berdasarkan analisa IRR (Lampiran 1), ternyata bahwa usaha tani ini cukup menguntungkan petani dengan nilai IRR (FRR) = 21,36% dan NPV pada d.f. 16% = Rp 649.844 serta payback period = 3 tahun 2 bulan.
Usaha Tani di Lahan Kering
Berdasarkan analisa IRR (Lampiran 4), ternyata bahwa usaha tani ini cukup menguntungkan petani dengan nilai IRR (FRR) = 21,27% dan NPV pada d.f. 16% = Rp. 563.492 serta payback period 3 tahun 2ulan.
ASPEK SOSIAL EKONOMI
Peningkatan Pendapatan Petani Kecil
Pelaksanaan PKT Budidaya Tanaman Kedelai akan memberikan peluang usaha bagi para petani kecil yang berminat memanfaatkan lahan yang dimiliki untuk berusaha tani tanaman kedelai. Model usahatani yang dirumuskan dalam MK PKT ini didesain agar petani tersut mampu menggantungkan sebagian besar dari sumber pendapatan keluarga semata-mata dari hasil panen dan penjualan hasil tanaman kedelainya.
Cakupan Sasaran Pelaksanaan
Sehubungan dengan itu, maka MK PKT ini dapat dilaksanakan dengan tujuan dan cakupan sasaran pelaksanaan budidaya tanaman kedelai pada lahan intensifikasi dan perluasan tanaman pada lahan baru.
Penciptaan dan Pemeliharaan Lapangan Kerja
Pelaksanaan PKT ini akan memberi kesempatan bagi para tenaga kerja terampil, tenaga kerja ahli dan tenaga kerja tidak tetap (tenaga kerja kasar), baik yang terkait dengan semua aspek disisi hulu subsektor produksi tanaman kedelai yang dirumuskan dalam PKT ini (disektor penyedian saprotan, bibit, peralatan dan lain-lain), pada tahapan persiapan dan pelaksanaan PKT ini, tahapan produksi dan operasional proyek serta pada subsektor ekonomi yang berada disisi hilir subsektor budidaya tanaman kedelai.
Substitusi Impor Kedelai
Keberhasilan peningkatan produksi kedelai dalam negeri sebagai salah satu satu sasaran MK PKT ini akan membantu pemerintah dalam upaya mengurangi pembelanjaan devisa untuk kedelai yang rata-rata setiap tahunnya berkisar antara 700.000 – 800.000 ton. Bilamana ditunjang dengan tata pemasaran/distribusi yang efisien, akan mendorong pemenuhan permintaan masyarakat luas secara nasional terhadap kedelai yang berkualitas baik.
Menumbuhkan Industri Hilir
Pada tahapan dimana kedelai dapat disediakan secara berkesinambungan dan pada lokasi pertanaman yang relatif menyebar, akan mendorong pula kemungkinan tumbuhnya industri olah lanjut yang menggunakan bahan baku kedelai (industri tahu, tempe, kecap).
Peningkatan Pendapatn Asli Daerah
Dengan kemampuan untuk direplikasi yang relatif besar akan memberikan kesempatan kepada lokasi pengembangan guna menyubangkan kepada pendapatan asli daerah melalui pajak yang berasal/berhasil ditarik disetiap subsektor ekonomi yang terkait di hulu dan di hulu subsektor budidaya tanaman kedelai.
Penataan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya
Keberhasilan pengembangan tanaman kedelai pada lokasi yang cocok untuk tanaman ini akan membantu pemerintah dalam rangka pengalokasian dan penetapan sumberdaya lahan bagi kepentingan pelestarian pengembangan mata dagangan tertentu – termasuk tanaman kedelai, yang mampu memberi kesempatan luas bagi pengusaha yang bergerak dalam subsektor budidaya maupun sebagai subsektor yang membantu pemerintah dalam rangka penguranagn pembelanjaan devisa untuk impor kedelai.
Rangsangan Untuk Memperkuat Teknologi
Keberhasilan pelaksanaan MK PKT ini untuk meningkatkan pendpatan para petani kedelai, menciptakan dan memelihara lapangan kerja serta mengurangi pembelanjaan devisa negara untuk mengimpor kedelai, akan memberikan rangsangan bagi para peneliti secara berkesinambungan untuk terus meniliti dan menciptakan tanaman kedelai yang unggul yaitu varietas kedelai yang tahan hama penyakit dan cocok untuk iklim di wilayah wilayah produksi di Indonesia, serta dengan produktivitas yang tinggi.
Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Kedelai Setiap Musim Tanam
Biaya produksi usahatani kedelai terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Sedangkan pendapatan usahatani kedelai merupakan selisih dari total penerimaaan usahatani kedelai dan total biaya produksi. Penerimaan (revenue) usahatani kedelai merupakan nilai dari seluruh produksi kedelai berdasarkan harga yang berlaku pada saaat penelitian. Produksi rata-rata usahatani kedelai adalah 1.325 kg/ha, harga produk yang berlaku adalah Rp 2.000,00/kg. Rekapitulasi hasil analisis usahatani kedelai dalam satu musim tanam setiap hektar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Usahatani Kedelai Per Hektar Per Musim Tanam di Kabupaten Lebong Tahun 2010
No. Uraian Jumlah
(Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Biaya tetap
Biaya variabel
Total biaya produksi
Penerimaan
(Produksi 1.325 kg, harga Rp2.000,00/kg)
Pendapatan kotor (sebelum pajak)
Pajak penghasilan (15%)
Pendapatan bersih 412.472,50
1.400.525,00
1.812.997,50
2.650.000,00
837.002,50
125.550,38
711.452,12
8.
9.
10. R/C = 1,46
BEP = 906,50 kg per ha atau 0,68 Ha
ROI = 39,24 %
Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa usahatani kedelai masih menguntungkan yaitu dengan keuntungan bersih Rp 711.452,12/ha/mt. Selain tiu penerimaan usahatani sebesar 1,46 kali jumlah biaya yang dikeluarkan dan tingkat pengembalian modal atau tingkat keuntungan yang dicapai 39,24 % yang jauh lebih besar dari bunga pinjaman bank 24 %.
Skala usahatani tanaman kedelai yang merupakan jumlah produksi atau luas lahan yang terkecil yang harus diupayakan oleh petani dalam berusahatani kedelai supaya usahatani tersebut tidak mengalami kerugian, tidaklah terlalu luas, hal ini ditunjukkan oleh besarnya Break Event Point (BEP).
Berdasarkan hasil analisis BEP, agar pengusaha atau petani tidak mengalami kerugian dalam berusahatani kedelai, produksi terendah 906,50 kg/ha atau luas lahan minimal yang harus digunakan adalah 0,68 ha dengan produktivitas 1.325 kg/ha.
Investasi, Biaya operasional dan Pendapatan Usahatani Kedelai
Pendekatan lamanya waktu investasi pada usahatani kedelai didasarkan pada umur ekonomis pemakaian hand sprayer yaitu selama lima tahun. Setiap tahun dilakukan tiga kali musim tanam.
Biaya investasi terdiri dari penyewaan lahan seluas satu ha selama lima tahun yaitu Rp 7.000.000,00, pembelian alat-alat pertanian pada tahun pertama Rp 391.000,00, biaya penggantian alat diperhitungkan setiap tahun. Sedangkan biaya operasional diperhitungkan setiap tahun. Rekapitulasi arus rugi laba usahatani kedelai selama lima tahun dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Arus Rugi Laba Usahatani Kedelai selama lima Tahun di Kabupaten Lebong
No. Uraian Tahun Ke 1 Tahun ke 2 Tahun ke 3 Tahun ke 4 Tahun ke 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Biaya investasi
Biaya operasional
Total biaya
Penerimaan
Keuntungan sebelum bunga
Bunga bank (24%/th)
Keuntungan sebelum pajak
Pajak penghasilan 15%
Keuntungan bersih
Keuntungan kumulatif 7.391.000,00
3.963.750,00
11.354.750,00
7.950.000,00
-3.404.750,00
2.725.140,00
-6.129.890,00
0,00
-6.129.890,00
-6.129.890,00 5.500,00
3.963.750,00
3.969.250,00
7.950.000,00
3.980.750,00
952.620,00
3.028.130,00
454.219,50
2.573.910,50
-3.555.979,50 60.500,00
3.963.750,00
4.024.250,00
7.950.000,00
3.925.750,00
965.820,00
2.959.930,00
443.989,50
2.515.940,50
5.089,851,00 61.000,00
3.963.750,00
4.024.750
7.950.000,00
3.925.250,00
965.940,00
2.959.310,00
443.896,50
2.515.413,00
5.031.354,00 40.500,00
3.963.750,00
4.004.250,00
7.950.000,00
3.945.750,00
961.020,00
2.984.730,00
447.709,50
2.537.020,50
5.052.434,00
Berdasarkan Tabel 2. tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun pertama perusahaan mengalami kerugian Rp 6.129.890,00. Sejak tahun ke 2 hingga tahun ke 5 perusahaan mengalami keuntungan cukup besar yaitu rata-rata Rp 2.535.571,13/th. Hal ini wajar karena pada tahun pertama perusahaan harus mengeluarkan biaya investasi yang berupa menyewa lahan dan membeli peralatan sehingga memembutuhkan biaya yang besar.
Kelayakan Usahatani Kedelai
Kelayakan usahatani kedelai didasarkan atas kriteria kelayakan investasi. Hasil analisis berdasarkan perhitungan diskonto dan analisis sensitifitas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria Investasi Usahatani Kedelai
No. Uraian NVP (24%) Net B/C IRR
1.
2.
3.
4. Keadaan normal
Biaya naik 20%
Pendapatan turun 10%
Produksi mulur 1 tahun 4.908.380,02
1.524.894,81
-657.685,81
-4.886.395,52 2,79
1,33
0,88
0,56 73,82
63,76
18,05
-7,75
Berdasarkan Tabel 3 tersebut dapat dilihat bahwa dalam keadaan normal (sesuai dengan yang diproyeksikan) NPV positif Rp 4.908.380,02, Net B/C = 2,78 dan IRR = 73,82% yang jauh di atas persentase bunga pinjaman (24% per tahun). Hal ini memberikan arti bahwa proyek ini sangat layak untuk dilaksanakan.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa proyek ini sangat sensitif terhadap pendapatan turun 10% dan produksi mulur satu tahun. Keadaan ini terlihat bahwa NPV negatif, net B/C < 1, dan IRR < 24 % atau lebih kecil dari persentase bunga pinjaman (24 % per tahun).
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil analisis usahatani kedelai baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Usahatani kedelai merupakan peluang usaha yang menarik untuk dilakukan baik dari segi teknis budidaya yang relatif mudah dilakukan, maupun peluang pasar yang masih sangat luas.
2. Usahatani kedelai masih menguntungkan.
3. Usahatani kedelai sangat layak untuk dilakukan.
SARAN
1. Untuk lebih mengintensifkan usahatani kedelai, maka perlu dilakukan secara agribisnis dan kemitraan, sehingga mudah dalam memperoleh sarana produksi pertanian dan pemasaran.
2. Hasil penelitian ini merupakan analisis dasar, sehingga perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendalam lagi mengenai kesesuaian lahan dan sistem pemasaran hasil.
REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian ini maka direkomendasikan agribisnis kedelai merupakan kegiatan usaha yang menarik dan dapat ditawarkan kepada para investor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) jumlah produk optimal pada usahatanitumpangsari ubi kayu dengan kacang tanah, untuk ubi kayu adalah sebesar 11,2057 ton per 0,35 hektar dan kacang tanah sebesar 0,376 ton per 0,35 hektar, 2) Besarnya biayayang dikeluarkan petani dalam berusahatani tumpangsari ubi kayu dengan kacang tanahpada kondisi aktual adalah sebesar Rp7.626.618,59 dan pendapatan yang diterima adalahsebesar Rp4.095.816,20, dan 3) Pendapatan maksimal yang dapat diperoleh petani darihasil usahatani tum
pangsari ubi kayu dengan kacang tanah adalah sebesar Rp4.854.551 per luas lahan 0,35 hektar atau sebesar Rp13.884.015,86 per hektarnya. Produk ubi kayudengan kacang tanah yang dihasilkan masih belum optimal karena jumlah produksi aktual masih dibawah jumlah produk optimalnya.