Ridwan Saidi yang dikenal sebagai budayawan Betawi, akhir-akhir ini terlihat agresif “menyerang” Jokowi. Terbaru “serangan” terhadap Jokowi dilontarkan olehnya ketika menghadiri diskusi menyambut Hari Anti Korupsi Rakyat Mengugat Integritas, Ridwan Saidi mengatakan bahwa Jakarta lebih buruk dan lebih hancur dalam sejarah Indonesia dan Jakarta acak-acakan dibawah kepemimpinan Jokowi, dan tidak hanya itu, pria yang kerap disapa engkong ini juga menyatakan bahwa sama sekali tidak ada pekerjaan positif yang dilakukan oleh Jokowi dan Basuki selama lebih kurang setahun memimpin Ibu Kota.sebagaimana diberitakan KOMPAS.com
Atas “serangan” nya itu, saya pun jadi bertanya-tanya ada apa dibalik “serangan” engkong terhadap Jokowi ?, bukankah dulu engkong begitu mengagumi Jokowi sampai-sampai mengatakan bahwa Jokowi-Basuki tidak ada bandingannya ?
Sebenarnya “serangan” yang dilancarkan Ridwan Saidi terhadap Jokowi menurut saya sah-sah saja, namun alangkah eloknya juga bila apa yang disampaikannya tersebut disertai bukti-bukti yang bisa membenarkan ucapannya bahwa Jakarta benar-benar semakin hancur dan acak-acakan dan dibidang apa saja semakin hancur dan acak-acakan itu, sehingga menjadi masukan buat Jokowi-Basuki untuk membenahinya. Bukankah engkong juga tahu bahwa Jokowi-Basuki selalu terbuka atas segala kritik dan saran dari pihak manapun demi Jakarta yang lebih baik.
Dari berbagai pemberitaan, selama lebih kurang setahun Jokowi-Basuki memimpin Jakarta, saya justru menilainya berbeda 180 derajat dengan apa yang dikatakan oleh Ridwan Saidi. Jakarta dibawah kendali Jokowi-Basuki terlihat adanya perubahan menuju Jakarta Baru sebagaimana janji kampanye Jokowi-Ahok, misal penataan PKL di pasar Tanah Abang yang selama berpuluh tahun tidak pernah ditata, normalisasi dan menata Waduk Pluit juga Waduk Ria Rio yang saat ini telah menjadi destinasi wisata baru bagi masyarakat ibu kota, mereformasi birokrasi menjadi birokrasi yang benar-benar melayani, menempatkan pejabat bukan karna like or dislike, tetapi berdasarkan uji kompetensi dan kualitas yang dkenal dengan lelang jabatan. Dan masih banyak lagi yang sudah dilakukan oleh Jokowi-Basuki dan berdampak langsung terhadap rakyat ibu kota, sebut saja misal Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Jakarta Sehat, yang dapat diakses oleh lebih kurang 4 juta rakyat Jakarta yang kurang mampu.
Bila “serangan” Ridwan Saidi terhadap Jokowi bahwa Jakarta semakin hancur dan acak-acakan ini terkait masalah kemacetan dan banjir, maka menurut saya Ridwan Saidi agak berlebihan dan cenderung cari sensasi saja. Orang awam macam saya pun akan bisa memaklumi bahwa untuk mengurai kemacetan dan mengatasi banjir Jakarta tidak akan cukup hanya dalam waktu lima sampai sepuluh tahun. Karna realitasnya, Gubernur Jakarta sebelum Jokowi pun mereka tidak ada sanggup mengurai kemacetan dan mengatasi banjir Jakarta, apa lagi Jokowi yang baru setahun memimpin Jakarta, anda paksakan logika dengan cara apapun, tidak akan mungkin hal itu dapat dilakukan oleh Jokowi-Basuki dalam waktu setahun.
Namun paling tidak untuk mengatasi macet dan banjir Jakarta, Jokowi-Basuki sudah memulai dengan melakukan hal yang tepat menurut saya, yakni menormalisasi waduk dan gorong-gorong, menambah sumur resapan bekerja sama dengan pemerintah Bogor menertipkan vila-vila yang berada di puncak Bogor, hal ini akan dapat mengurangi debit air yang menyebabkan banjir ketika musim hujan dan begitu juga dengan mengatasi kemacetan, Jokowi-Basuki sudah memulai pembangunan proyek MRT (mass rapid transport), kelanjutan proyek Monorel dan penambahan Bus Tans Jakarta, yang kesemuanya ini merupakan jawaban untuk mengurai kemacetan Jakarta.
Lantas, kembali saya bertanya atas dasar apakah engkong Ridwan Saidi mengatakan Jakarta semakin hancur dan acak-acakan dibawah kendali Jokowi..??, apakah tidak salah itu..??